Kiat Abraham Lincoln Menangani Masalah

Istri Lincoln yang bernama Mary Tood terkenal bertempramen tinggi, orangnya labil dan suka hidup glamour. Kehidupan berumah-tangga selama 23 tahun, Lincoln mengalami penderitaan sangat karena ulah sang isteri. Hidupnya dirumah bagaikan dipenjara. Setiap hari ia harus mendengar omelan dan makian sang istri.

Dipandangan sang istri, Lincoln adalah makhluk yang menyebalkan dan yang banyak kekurangan. Istrinya selalu mengejeknya dengan mengatakan bahwa ia memiliki tampang yang menjengkelkan, berkepala besar dan berkaki kecil, berhidung bengkok, berpenampilan buruk, gaya jalannya seperti orang indian, berwajah pucat seperti orang menderita TBC dan sebagainya.

Menurut asistennya, Lincoln meskipun sudah menjadi presiden tetap tidak lepas dari tekanan sang isteri. pernah satu kali, ia bersama isterinya makan direstoran umum. Tidak tahu karena apa, secara tiba-tiba sang isteri menyiram muka sang presiden dengan kopi panas.

Peristiwa tersebut disaksikan banyak orang. Dalam situasi demikian, terlihat sang suami yang presiden itu tetap tenang dan sabar menghadapi perlakuan isteri yang mempermalukannya didepan umum.

Perlakuan yang demikian sering dilakukan sang isteri. Tatkala Lincoln menjabat sebagai pengacara dan sering bertugas diluar, sering berusaha mencari alasan untuk tidak pulang. Ia lebih senang hidup diluar dari pada pulang kerumah menghadapi sang isteri yang suka berang itu. Mereka dikaruniakan empat anak, tetapi yang hidup hanya satu, sedangkan yang lainnya satu per-satu meninggal.

Penderitaan yang dialami Lincoln, bukan hanya datang dari dalam rumah, tetapi juga dari luar. Musuh-musuh politiknya sering mencari peluang untuk menyerang dan menjatuhkannya. Masalah-masalah pemerintahan, dan keputusan-keputusan penting yang menentukan, sering membawa tekanan batin yang luar biasa. Apa yang memampukannya untuk menghadapi semua ini?

Ia mengatakan, "Aku sering bercakap-cakap dengan Allah dan tatkala aku melakukan hal itu, hatiku bukan saja merasa lega; dan Allah selalu memberi petunjuk jalan padaku".

Dalam pidato perpisahan dengan orang-orang sekampungnya untuk menjabat sebagai Presiden ke 16 Amerika di Washington, ia mengatakan, "Setelah perpisahan ini, tidak tahu kapan kita bisa bertemu kembali. Aku merasa kali ini menjabat presiden mempunyai tugas yang lebih berat dari Washington; jika bukan Allah menolong, maka aku tidak mungkin dapat menunaikan tugas tersebut". Petikan pidato waktu pelantikannya sebagai presiden, ia mengatakan, "Jika kita mau menyelamatkan diri dari situasi yang sulit ini, tidak dapat bersandar pada kepintaran kita, melainkan perlu bersandar pada Allah".

"Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepadaNya, dan Ia akan bertindak" (Mazmur 37:5)

Seri Buku Pembinaan - Ilustrasi Kebenaran Alkitab 4
Pdt. Dr. Paulus Daun, Th.M.
- Lampiran dalam Warta Jemaat 27 Januari 2007 GPIB "Bethesda" Sidoarjo

Posting Komentar

0 Komentar